Hari 9: Papan Tulis Pertama


Telah dipahami secara bersama bahwa berjalannya proses pembelajaran dengan lancar dan baik, itu baiknya ditunjang dengan sarana dan prasarana yang baik pula. salah satunya ialah papan tulis. Beberapa hari sebelumnya, kami berkunjung kerumah Pak Kepala Desa yang memang telah mengatakan kepada kami, untuk kiranya mengambil lembaran tripleks yang bisa digunakan sebagai papan tulis. Papan tulis ini sendiri nantinya bila telah jadi, akan ditempatkan di Masjid untuk kelancaran keberlangsungan proses pembelajaran Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) dan papan untuk Struktur Pengurus Masjid Raya Darut-Tarbiyah, Lissaga. 

Adapun proses pembuatannya, kami mulai hari itu juga. Bermodalkan perangkat sederhana milik Nenek Lia dan Pak Kepala Desa Kanna yang kami pinjam, seperti palu, gergaji, meteran, dan lain lain. Mulai dari memotong menjadi dua bahagian, saya bergantian dengan sahabat-sahabat posko yang lain. Sebahagian yang lain mempersiapkan rangka nya berupa kayu tipis dan halus yang memang telah tersedia, tinggal memotong dan membuat kerangka sesuai ukuran papan yang tadi.

Kami juga merasa terbantu dengan datangnya teman-teman atau adik-adik SMA yang digadang-gadang dan dirancang oleh  sahabat-sahabat posko menjadi Pengurus Remaja Masjid nantinya di Desa Lissaga ini. Antusiasme mereka meningkat untuk lebih sering berkumpul bersama sahabat-sahabat posko untuk sekadar bincang-bincang ringan sambil ngopi, bahkan aktif serta membantu kami dibeberapa proses pelaksanaan program kerja rancangan sahabat-sahabat posko, seperti pembuatan papan tulis ini. 

Chek and recheck, ternyata salah satu hal yang menyebabkan mereka untuk secara intensif bergabung dengan sahabat-sahabat posko ialah disamping kemauan murni mereka sendiri tentunya, juga ada dorongan dari pak kepala dusun Rarukan dan kepala sekolah SMAN 12 Luwu, yang dalam hal ini Pak Muhajir S.Pd. Harus kami akui sendiri bahwa memang ketika kami duduk berdiskusi bersama beliau-beliau tadi, kami acapkali sampaikan "keluhan" dan mengantarkan mereka dalam fenomena minimnya keterlibatan masyarakat di daerah-daerah lain, sementara proses KKN teman-teman di daerah-daerah tersebut terus berjalan hingga akhir. Olehnya, untuk memenuhi indikator suksesnya Program KKN teman-teman tadi di daerah nya masing-masing belum memenuhi kriteria, karena biasanya kurang melibatkan masyarakat pada program-program kerjanya. Walaupun program kerja nya sebagus dan sehebat apapun, tapi tanpa terkoordinir dan terlibat aktifnya masyarakat setempat, maka tetap belum bisa dikatakan sukses program tersebut. 

Jika pada tulisan saya sebelumnya, saya katakan bahwa "mengeluh bukan solusi". Maka pada tulisan kali ini saya sedikit meralat dengan "mengeluh bisa mengantarkan pada pencaharian solusi". Yah, tentu saja dalam hal pemaknaan teks, bisa disimpulkan bahwa mengeluh bisa menuntun pencarian solusi, pun sebaliknya yang justru bisa "membunuh" semangat pencarian solusi bila intensitas keluhan terlalu berlebihan.Pada beberapa hari sebelumnya, kami juga dapati keluhan dari pihak kepala sekolah SMA, berupa kekhawatiran beliau terhadap adik-adik SMA kelas lX yang sementara siap-siap untuk UNBK (ujian nasional berbasis komputer). Singkatnya, masih banyak dari mereka yang sama sekali masih belum pernah dapatkan pembelajaran bagaimana mengoperasikan Komputer. Olehnya, kami juga merasa bertanggungjawab mengenai hal ini. Perlu kami rancang juga dalam program kerja posko kami.

Berjalannya waktu, tentu dengan terus mengerjakan pembuatan papan tulis tadi dan diselingi kebercandaan antara kami sahabat-sahabat posko dengan adik-adik calon pengurus remaja masjid tadi, akhirnya "papan tulis pertama" pun telah jadi.

Posting Komentar

0 Komentar