Hari 12 "Pantok Percontohan".


Malam ke 2 pasca sentakan, kembali sebahagian besar sahabat-sahabat posko 2 duduk berembug membicarakan berbagai hal, utamanya kristalisasi PROKER atau program kerja berdasar pada upaya observasi harian dari masing-masing sektor. Serta kapan prosesi permusyawaratannya di Kantor desa setempat. Masih dalam kendala yang sama, aparatur desa terkait belum berada ditempat. Dari info yang saya dapati dikemudian hari, ternyata penghuni posko yang lain diwaktu yang sama juga demikian adanya. Masih nihil akan prosesi seminar desa. Kecuali posko 3 desa Lange yang pada dua hari sebelumnya telah rampung lebih dahulu dalam hal tersebut.

Pagi-pagi buta selepas shalat subuh, saya beserta sahabat-sahabat posko yang laki-laki duduk berbincang bersama,  sambil ngopi tentunya. Ini sebagai langkah lanjutan dari hasil rembug semalam, persiapan untuk menuju hutan mengambil beberapa batang bambu yang memang banyak tersedia disana. Dalam hal ini, kami berinisiatif untuk mengambil bambu untuk kami gunakan sebagai percontohan nantinya. ‘’Pantok percontohan’’, demikian salah satu sahabat posko berceloteh menimpali pertanyaan nenek lia yang pada waktu itu turut serta dalam diskusi ringan ini.

Tentu bukan maksud kami untuk menyiratkan bahwa masyarakat setempat tidak tahu sama sekali tentak ‘’pantok’’ yang bergandengan dengan ‘’percontohan ini. Melainkan hanya sebagai upaya untuk memberikan percontohan kecil-kecilan mengenai bentuk, ukuran, lokasi penempatan, dll. Role model inti dari semuanya. Lebih lanjut, kami juga tak hendak terlalu ‘’menggurui’’ masyarakat mengenai hal apapun, termasuk urgensi pantok ini sendiri. Hanya saja, kami berupaya membantu masyarakat guna lebih sadar akan berbagai nilai yang terkandung didalamnya. Salah satunya, gotong royong yang memang masih sangat melekat erat dengan masyarakat setempat namun perlu untuk senantiasa terejawantah dalam laku keseharian, bukan hanya pada kegiatan momentum. Apatahlagi pada beberapa kesempatan yang lalu telah saya sampaikan pada catatan sebelumnya bahwa pemerintah daerah melalui berbagai reancang kerjanya, ingin menjadikan Kecamatan Basse Sangtempe ini sebagai salah satu pusat pariwisata nasional.

Olehnya, perlu adanya suatu ‘’proyek pemikiran’’ berupa proses penumbuhan kesadaran akan hal ini untuk bagaimana bisa tetap consist akan budaya dan kearifan local untuk senantiasa terlestarikan. Disamping itu juga perlu untuk lebih mengerti lagi bagaimana bersikap nantinya pada tamu-tamu atau pengunjung nantinya. Atas dasar yang demikian, kami berpandangan bahwa, lewat pantok ini nantinya masyarakat local bisa lebih sadar akan bagaimana menawarkan ‘’sedikit’’ rasa keamanan pada para calon pengunjung. Karena memang sepanjang jalan di Kecamatan ini sangat banyak yang berdampingan langsung dengan jurang yang varian kedalamannya sangat banyak.

Sekitar pukul 11.20 WITA, kami telah kembali dari hutan dengan beberapa batang bambu yang akan kami potong kecil-kecil sesuai ukuran yang kami diskusikan untuk nantinya kami tancapkan disekitaran kompleks posko sebagai percontohan bagi seluruh masyarakat setempat nantinya. Namun suatu rancangan kadang tidak atau belum terealisasikan. Sesudah kami ISHOMA (istirahat-sholat-makan), kami dapati informasi bahwa Pak kepala desa telah tiba di kediaman beliau sepulang dari berbagai agendanya yang memang menurut penuturan beliau sedang padat-padatnya. Kami pun menjeda pemasangan pantok ini dan berpindah fokus pada rangkaian persiapan untuk ‘’seminar desa’’ yang memang menjadi momen yang kami nanti. Sembari sebahagian sahabat posko bergelut pada persiapan seminar desa ini, sebagaimana dihari-hari sebelumnya, sesuai PJ masing-masing tetap jalankan proses pembinaan anak-anak TPA yang masih terjaga semangat belajarnya sebagaimana hari pertama sampai hari yang kesekian ini.

Posting Komentar

0 Komentar