Pagi-pagi
buta selepas shalat subuh, saya beserta sahabat-sahabat posko yang laki-laki
duduk berbincang bersama, sambil ngopi
tentunya. Ini sebagai langkah lanjutan dari hasil rembug semalam, persiapan
untuk menuju hutan mengambil beberapa batang bambu yang memang banyak tersedia
disana. Dalam hal ini, kami berinisiatif untuk mengambil bambu untuk kami
gunakan sebagai percontohan nantinya. ‘’Pantok percontohan’’, demikian salah
satu sahabat posko berceloteh menimpali pertanyaan nenek lia yang pada waktu
itu turut serta dalam diskusi ringan ini.
Tentu
bukan maksud kami untuk menyiratkan bahwa masyarakat setempat tidak tahu sama
sekali tentak ‘’pantok’’ yang bergandengan dengan ‘’percontohan ini. Melainkan
hanya sebagai upaya untuk memberikan percontohan kecil-kecilan mengenai bentuk,
ukuran, lokasi penempatan, dll. Role model inti dari semuanya. Lebih lanjut,
kami juga tak hendak terlalu ‘’menggurui’’ masyarakat mengenai hal apapun,
termasuk urgensi pantok ini sendiri. Hanya saja, kami berupaya membantu
masyarakat guna lebih sadar akan berbagai nilai yang terkandung didalamnya.
Salah satunya, gotong royong yang memang masih sangat melekat erat dengan
masyarakat setempat namun perlu untuk senantiasa terejawantah dalam laku
keseharian, bukan hanya pada kegiatan momentum. Apatahlagi pada beberapa kesempatan
yang lalu telah saya sampaikan pada catatan sebelumnya bahwa pemerintah daerah
melalui berbagai reancang kerjanya, ingin menjadikan Kecamatan Basse Sangtempe
ini sebagai salah satu pusat pariwisata nasional.
Olehnya,
perlu adanya suatu ‘’proyek pemikiran’’ berupa proses penumbuhan kesadaran akan
hal ini untuk bagaimana bisa tetap consist akan budaya dan kearifan local untuk
senantiasa terlestarikan. Disamping itu juga perlu untuk lebih mengerti lagi
bagaimana bersikap nantinya pada tamu-tamu atau pengunjung nantinya. Atas dasar
yang demikian, kami berpandangan bahwa, lewat pantok ini nantinya masyarakat
local bisa lebih sadar akan bagaimana menawarkan ‘’sedikit’’ rasa keamanan pada
para calon pengunjung. Karena memang sepanjang jalan di Kecamatan ini sangat
banyak yang berdampingan langsung dengan jurang yang varian kedalamannya sangat
banyak.
Sekitar
pukul 11.20 WITA, kami telah kembali dari hutan dengan beberapa batang bambu
yang akan kami potong kecil-kecil sesuai ukuran yang kami diskusikan untuk
nantinya kami tancapkan disekitaran kompleks posko sebagai percontohan bagi
seluruh masyarakat setempat nantinya. Namun suatu rancangan kadang tidak atau
belum terealisasikan. Sesudah kami ISHOMA (istirahat-sholat-makan), kami dapati
informasi bahwa Pak kepala desa telah tiba di kediaman beliau sepulang dari
berbagai agendanya yang memang menurut penuturan beliau sedang padat-padatnya.
Kami pun menjeda pemasangan pantok ini dan berpindah fokus pada rangkaian
persiapan untuk ‘’seminar desa’’ yang memang menjadi momen yang kami nanti.
Sembari sebahagian sahabat posko bergelut pada persiapan seminar desa ini,
sebagaimana dihari-hari sebelumnya, sesuai PJ masing-masing tetap jalankan
proses pembinaan anak-anak TPA yang masih terjaga semangat belajarnya sebagaimana
hari pertama sampai hari yang kesekian ini.
0 Komentar