Hari 14 "Karpet, Mentari, dan Hujan"


Hari minggu diakhir pekan kedua ini, tepat sehari setelah seminar desa, kami tidak gunakan untuk sekadar berlibur saja. Kami menghendaki liburan yang sifatnya lebih produktif. ‘’sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui’’. Demikian adagium atau pepatah kuno menyatakan. Seluruh sahabat posko sepakat untuk melakukan bakti social sambil berlibur di sebuah sungai disekitaran masjid dekat posko yang alirannya cukup deras dan berair sangat jernih. Bakti social yang dimaksud adalah membersihkan bak penyimpanan air berwudhu masjid, membersihkan masjid, dan mencuci karpet masjid disungai.


Memang awalnya tak berniat untuk melibatkan masyarakat setempat pada kegiatan kali ini, karena beberapa pertimbangan, salah satunya kami belum sempat untuk sampaikan sebelumnya kepada mereka semua. Namun sementara berjalannya proses kegiatan, ustadz iskandar datang untuk membantu. Ternyata sebelumnya, beliau telah mendengar pernyataan sekilas sahabat posko untuk kegiatan ini dan memang beliau juga berniat untuk membersihkan bak air tersebut.

Efektifitas dari suatu jobbing atau PJ memang tak perlu diragukan lagi. Berkat hal yang demikian suatu rancang kegiatan yang memiliki beragam sector bisa dirampungkan secara efisien dan efektif. Artinya pembagian kerja yang berdasar pada kemampuan, keinginan, bakat, tekad, dan lain-lain bisa menghasilkan kerja yang bisa sampai pada apa yang memang menjadi target bersama yang didukung oleh semangat gotong royong. Sama seperti hari itu, ada yang ambil bagian pencucian bak, menyapu dan merapikan masjid, ada yang mengangkut karpet ke sungai serta mencucinya, dll.

Sebelum adzan shalat dsuhur berkumandang di masjid, delapan lembar karpet yang kami cuci di sungai tersebut telah rampung kami jemur, kini tiba giliran alam untuk berkontribusi. Mentari kala itu terlihat cukup terik, deru angin pun juga menjanjikan. Kami pun ISHOMA dengan tenang, tentu dengan harapan akan terus turut sertanya alam dalam beresnya kegiatan hari ini. Namun alam masih sukar untuk ditebak oleh manusia seperti kami, sekitar pukul 03.10 WITA, hujan deras melanda LIssaga. Karpet tebal yang umur jemurnya pasca dicuci baru sekitar 3 jam telah kembali basah total. Kembali dengan gontai kami angkut karpet tersebut ke perumahan warga, dengan bantuan beberapa pemuda setempat, kami telah bisa mengamankan karpet tersebut kembali dari aliran sungai yang deras karena hujan yang kami jemur diatas bebatuan sungai. Sungguh hati mendongkol kala itu. Namun bila ingin memandangnya dengan kacamata positif dalam melihat makna, itulah awal keakraban yang ‘’betul-betul akrab’’ kami dengan pemuda setempat yang jumlahnya cukup kecil dibanding pemuda-pemudi didaerah lain. Sungguh badai hanyalah badai bagi mereka yang melihat dengan pandang parsial dan sebelah mata.

Posting Komentar

0 Komentar