Pasca
evaluasi semalamnya, langkah pembenahan telah mulai nampak. Bukan tanpa dasar
argumentasi tersebut, melainkan memang telah adanya penambahan progress kerja
pada diri masing-masing sahabat posko. Bambu yang telah bisu sejak awal setelah
pengambilannya beberapa hari yang lalu, telah disembelih dengan gergaji pada
hari itu juga dan akan ditanam sebagai pantok perdana. Pengawalan para calon
pengurus remaja masjid yang telah dimulai pada beberapa hari lalu juga telah
nampak lebih massif. Berbagai proker yang lain pun telah kembali sebagaimana
yang terjadwalkan tanpa harus berleha-leha lagi.
Hari
yang cukup padat kegiatan. Pagi hari seperti biasanya, para sahabat posko yang
memiliki jadwal mengajar di sekolah bergegas menuju ruang kelas masing-masing.
Adapun yang tidak mendapatkan jadwal pada hari itu mulai mengerjakan pengecatan
papan identitas aparatur desa dan menggunting cetakan tulisannya. Ada juga yang
menuju dapur untuk memasak air minum, tentunya dengan kayu sa’pang yang menjadi
khas minuman sehari-hari selama disini.
Tibalah
pada waktu siang hari, kami (laki-laki) bergegas menuju masjid untuk
melaksanakan shalat jumat. Berpencar menuju tiga desa sekitar untuk mengisi
khutbah jumat pada masing-masing masjid desa tersebut. Selepas shalat jumat,
giliran sahabat-sahabat posko yang perempuannya mengisi jadwal majelis ta’lim
sebagaimana sebelum-sebelumnya dan giliran laki-laki untuk kembali ke posko
untuk makan siang dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan misi di sore
harinya, memasang pantok disekitaran posko sebagai pantok percontohan.
Beberapa
batang bambu yang dipotong kecil-kecil (kisaran 75-90 cm) pun telah tertancap
dan berjejer rapi pada sore hari disekitaran rumah nenek Lia sebagai pantok
percontohan. Dengan bantuan beberapa warga setempat, termasuk pak kepala dusun
Rarukan kala itu, pantok bisa tertanam dengan cepat. Hingga adzan maghrib
berkumandang, kami masih berlumuran tanah dan baru bergegas kembali ke posko.
Pun dengan sahabat-sahabat posko yang perempuannya yang memiliki jadwal
mengajar di TPA Kanna dan LIssaga baru kembali dari tempat masing-masing.
Adapun rutinitas malam harinya, tak begitu jauh beda dengan malam-malam
sebelumnya. Shalat, MABAR (makan bareng), briefing, gunting cetakan papan
identitas, nongkrong bareng remaja-remaja setempat yang telah menjadi rutinitas
tambahan beberapa pekan yang lalu, kemudian kembali ke pembaringan untuk
beristirahat lepaskan segala penap dan lelah beraktifitas seharian.
0 Komentar