Hari 19 "Pantok Perdana''.


Pasca evaluasi semalamnya, langkah pembenahan telah mulai nampak. Bukan tanpa dasar argumentasi tersebut, melainkan memang telah adanya penambahan progress kerja pada diri masing-masing sahabat posko. Bambu yang telah bisu sejak awal setelah pengambilannya beberapa hari yang lalu, telah disembelih dengan gergaji pada hari itu juga dan akan ditanam sebagai pantok perdana. Pengawalan para calon pengurus remaja masjid yang telah dimulai pada beberapa hari lalu juga telah nampak lebih massif. Berbagai proker yang lain pun telah kembali sebagaimana yang terjadwalkan tanpa harus berleha-leha lagi.


Hari yang cukup padat kegiatan. Pagi hari seperti biasanya, para sahabat posko yang memiliki jadwal mengajar di sekolah bergegas menuju ruang kelas masing-masing. Adapun yang tidak mendapatkan jadwal pada hari itu mulai mengerjakan pengecatan papan identitas aparatur desa dan menggunting cetakan tulisannya. Ada juga yang menuju dapur untuk memasak air minum, tentunya dengan kayu sa’pang yang menjadi khas minuman sehari-hari selama disini.

Tibalah pada waktu siang hari, kami (laki-laki) bergegas menuju masjid untuk melaksanakan shalat jumat. Berpencar menuju tiga desa sekitar untuk mengisi khutbah jumat pada masing-masing masjid desa tersebut. Selepas shalat jumat, giliran sahabat-sahabat posko yang perempuannya mengisi jadwal majelis ta’lim sebagaimana sebelum-sebelumnya dan giliran laki-laki untuk kembali ke posko untuk makan siang dan istirahat sejenak sebelum melanjutkan misi di sore harinya, memasang pantok disekitaran posko sebagai pantok percontohan.

Beberapa batang bambu yang dipotong kecil-kecil (kisaran 75-90 cm) pun telah tertancap dan berjejer rapi pada sore hari disekitaran rumah nenek Lia sebagai pantok percontohan. Dengan bantuan beberapa warga setempat, termasuk pak kepala dusun Rarukan kala itu, pantok bisa tertanam dengan cepat. Hingga adzan maghrib berkumandang, kami masih berlumuran tanah dan baru bergegas kembali ke posko. Pun dengan sahabat-sahabat posko yang perempuannya yang memiliki jadwal mengajar di TPA Kanna dan LIssaga baru kembali dari tempat masing-masing. Adapun rutinitas malam harinya, tak begitu jauh beda dengan malam-malam sebelumnya. Shalat, MABAR (makan bareng), briefing, gunting cetakan papan identitas, nongkrong bareng remaja-remaja setempat yang telah menjadi rutinitas tambahan beberapa pekan yang lalu, kemudian kembali ke pembaringan untuk beristirahat lepaskan segala penap dan lelah beraktifitas seharian.

Posting Komentar

0 Komentar