Hari 33 "Walnum, Si Ahli Pipa Air".

Lissaga memiliki aliran air mata air lebih sedikit ketimbang desa tetangga, Andulan. Sepanjang tahun, aliran air di desa Andulan senantiasa melimpah ruah. Tak heran bila pengairan sawah disana terbilang memadai. Walau demikian kondisi yang ada di Lissaga, pertanian pun tetap bisa berjalan, tentu berkat beberapa saluran air dan kreasi para warga. Demikian pula halnya dengan air untuk sehari-hari.
                                                                      
Walnum, cucu dari nenek Lia sekaligus kemanakan dari kak Jhoni, sekretaris desa Lissaga. Walnum yang saat ini masih duduk dibangku kelas IX B SMP, memiliki tugas khusus dari nenek. Menjaga pasokan aliran air tetap lancar untuk digunakan sehari-hari di posko, tentunya tetap dibantu oleh beberapa sahabat posko yang lain. Pada musim kemarau ini, kadang pasokan air di bak penyimpanan mulai berkurang dipagi hari dan sore hari. Hal ini cukup berpengaruh pada aktifitas harian di posko. Karena air ini tentu yang akan digunakan untuk komsumsi sehari-hari. Baik untuk makan, minum, mandi, dan lain-lain. Olehnya, ketika air keran mulai tersendat-sendat, maka walnum pun beraksi.

Dengan tubuh yang berisi (seperti penulis), walnum mendaki bukit demi bukit demi check pipa saluran air. Dengan tubuh yang demikian, ia termasuk tangguh menempuh medan jalan yang lumayan menantang. Barangkali karena factor kebiasaan. Saya sendiri beberapa kali menemaninya melihat kondisi saluran air untuk melancarkan kembali pasokan air, termasuk pada hari ke tiga puluh dua ini. Yang mana aktifitaqs pagi itu cukup terkendala karena air untuk mandi telah agak mongering.

Sekitar satu jam kami perjalanan pergi dan kembali ke posko, akhirnya air bisa berjalan sebagaimana semula. Namun lagi-lagi, kondisi serupa terjadi lagi sore harinya. Air kembali tak kunjung tiba di bak penyimpanan rumah posko. Kembali lagi kami harus mengecek sebab-musabab dari hal tersebut. Kadang karena factor tersumbatnya pipa air oleh berbagai sampah atau bebatuan kecil. Ada juga kadang ditemui batu yang sengaja ditaruh oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Monopoli air, itulah yang kadang terjadi. Hal yang demikian tidak patut untuk dilakukan. Walau memang air sedang susah untuk didapatkan, tetapi kadang bertambah susah bila terjadi hal yang demikian tadi. Barangkali karena oknum tersebut lebih membutuhkan air, namun tetap saja etika sesama pengguna tetap harus dijaga. Saling menghormati harus tetap terjadi, baik ketika kita bersama maupun ketika sedang tak bertatap muka. Demikian hari itu berlalu dengan sedikit agak mendongkol dihati.

Posting Komentar

0 Komentar